Sekolah Tinggi Islam Kupang dan Lembaga Islam Maju Bersama Dakwah Inklusif

Kupang – Sekolah Tinggi Islam (STI) dan berbagai lembaga pendidikan Islam lainnya di Kupang serta wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan peran strategisnya dalam memperkuat inklusivitas keuangan syariah dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai, toleran, dan solutif. Melalui berbagai program dan kerja sama skala nasional hingga internasional, institusi-institusi ini kini menjadi poros baru peradaban Islam yang menjangkau Timor Leste, Papua, hingga negara-negara Pasifik.

Salah satu langkah monumental adalah kolaborasi antara Bank Syariah Indonesia (BSI) bersama BSI Maslahat dalam meluncurkan Program Pesantren Sehat 2025. Acara peresmian program tersebut digelar pada Rabu (5/2/2025) di Pesantren Alam Tahfidzul Qur’an Kolong, Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Pesantren ini termasuk dalam sepuluh pesantren terpilih di Indonesia untuk menerima bantuan senilai total Rp345.950.000.

Program ini tidak hanya menyasar perbaikan sanitasi dan kesehatan, tetapi juga memperkuat fondasi sosial keagamaan. STI dan lembaga pendidikan Islam berperan aktif dalam mendampingi pesantren-pesantren tersebut, mulai dari pelatihan manajemen syariah, penguatan ekonomi umat, hingga pelatihan literasi keuangan berbasis zakat dan wakaf produktif.

Lembaga-lembaga ini juga seharusnya  menjadi pelopor dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan Hadits ke berbagai bahasa lokal seperti Dawan, Sabu, Tetun, dan Lamaholot. Inisiatif ini berangkat dari keyakinan bahwa pemahaman terhadap kitab suci dalam bahasa ibu akan memperkuat nilai spiritual masyarakat serta membumikan ajaran Islam di konteks kultural masing-masing.

Lebih jauh, upaya penerjemahan itu menjangkau bahasa-bahasa di luar Indonesia, seperti Tetun dan Mambae di Timor Leste, serta Tok Pisin di Papua Nugini. Pendekatan ini menandai babak baru dalam dakwah kontekstual yang menghargai keunikan tiap komunitas tanpa mengorbankan nilai universal Islam.

STI dan lembaga pendidikan Islam lainnya memainkan peran strategis tidak hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan masyarakat multikultural. Mereka menggelar pelatihan penerjemah tafsir, menyusun pedoman dakwah lokal, dan menjalin kemitraan dengan tokoh adat untuk menyebarkan ajaran Islam secara inklusif.

Mereka juga aktif dalam riset akademik yang mengkaji pengaruh Islam dalam harmoni antaragama, serta memperkuat posisi Islam Nusantara sebagai model peradaban yang ramah, berwawasan lokal, namun berpikiran global. Riset ini menjadi landasan kerja sama dengan universitas Islam internasional.

Di bidang ekonomi, STI dan lembaga pendidikan Islam dapat memprakarsai pendirian koperasi pesantren syariah. Koperasi ini bukan hanya alat ekonomi, melainkan juga wadah pendidikan keuangan halal berbasis komoditas lokal seperti hasil laut, pertanian, dan kerajinan tangan.

Dengan menggandeng BSI, Baznas, dan OJK, mereka menyelenggarakan edukasi keuangan syariah yang menjangkau hingga desa-desa pelosok di wilayah 3T. Ribuan masyarakat telah merasakan manfaat dari program literasi ini, termasuk pelaku UMKM yang kini mulai beralih ke sistem keuangan halal.

Selain itu, STI dan lembaga pendidikan Islam juga dapat menginisiasi program dakwah kesehatan melalui klinik-klinik pesantren. Layanan seperti pengobatan herbal, edukasi gizi halal, dan konseling spiritual menjadi bagian dari pendekatan holistik dalam pelayanan umat.

Kurikulum mereka pun dikembangkan dengan pendekatan moderasi beragama. Pelatihan guru dan ustadz berbasis nilai rahmatan lil 'alamin diadakan secara berkala guna memastikan generasi penerus mengusung semangat toleransi dan kebersamaan di tengah masyarakat plural.

Institusi-institusi ini juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa dari Timor Leste dan Papua, serta menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi Islam di Asia Tenggara. Pertukaran mahasiswa dan dosen menjadi ajang diplomasi pendidikan dan pertukaran gagasan Islam progresif.

Dalam program tahfidz dan tahsin Al-Qur’an, STI dan lembaga pendidikan Islam membentuk relawan mahasiswa untuk mengajar di daerah terpencil. Gerakan ini berhasil memberantas buta huruf Al-Qur’an di banyak kampung yang sebelumnya minim akses terhadap pendidikan agama.

Alumni mereka banyak yang kembali ke daerah asal untuk menjadi agen perubahan. Mereka membina komunitas belajar, membentuk koperasi syariah, hingga menjadi motor penggerak dakwah sosial berbasis kearifan lokal. Aktivitas ini memberi dampak langsung bagi pembangunan karakter dan ekonomi masyarakat.

Dalam bidang digitalisasi, institusi-institusi ini meluncurkan platform dakwah daring multibahasa yang menjangkau masyarakat lintas batas. Konten dakwah berbasis lokal itu disesuaikan dengan karakteristik audiens, menjadikan Islam semakin mudah diakses dan dipahami.

Kepemimpinan yang visioner dan semangat kolektif sivitas akademika STI dan lembaga pendidikan Islam menjadikan mereka sebagai kekuatan dakwah yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan akar tradisi.

Pemerintah daerah turut mengapresiasi kiprah mereka. Dalam beberapa kesempatan, Gubernur NTT menegaskan bahwa peran lembaga pendidikan Islam sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang religius, sehat, dan produktif.

Kini, Kupang dan wilayah NTT menjadi saksi lahirnya pusat peradaban Islam yang inklusif dan progresif. STI dan lembaga pendidikan Islam berdiri kokoh di garda depan, membawa dakwah ke ranah yang lebih aplikatif dan kontekstual.

Dengan kolaborasi luas, kerja-kerja cerdas, serta semangat pelayanan, mereka membuktikan bahwa Islam dapat menjadi solusi atas tantangan sosial, spiritual, dan ekonomi masyarakat perbatasan yang beragam.

Langkah mereka menunjukkan bahwa dakwah tak harus seragam, melainkan mampu beradaptasi dengan budaya, bahasa, dan kondisi sosial—tanpa kehilangan substansi nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Dibuat oleh AI

Tidak ada komentar