Breaking News

AKINCI UCAV, Senjata Baru Burkina Faso


Burkina Faso kembali menarik perhatian dunia militer setelah resmi memperkenalkan sistem persenjataan udara tanpa awak terbaru mereka, AKINCI UCAV buatan Baykar Turki. Drone tempur ini terlihat berdampingan dengan Bayraktar TB2, yang selama ini menjadi tulang punggung operasi militer udara negara tersebut. Pengadaan alutsista canggih ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah interim Burkina Faso serius memperkuat posisinya di tengah konflik berkepanjangan yang melanda wilayah mereka.

Drone AKINCI yang dioperasikan Burkina Faso tampak telah dipasangi berbagai jenis munisi modern, di antaranya MAM-L dan MAM-T yang dikenal efektif untuk menghancurkan target kendaraan lapis baja hingga posisi musuh tersembunyi. Lebih dari itu, adanya tampilan munisi canggih seperti TEBER GPS+Laser dan HGK GPS guidance kit buatan ROKETSAN dan TÜBİTAK SAGE mengindikasikan Burkina Faso kini memiliki opsi serangan udara presisi dengan daya hancur lebih besar.

Langkah pemerintah interim di bawah pimpinan Kapten Ibrahim Traoré ini dinilai sebagai respons strategis atas situasi keamanan yang genting di dalam negeri. Sejak kudeta pada 30 September 2022, Traoré menghadapi ancaman serius dari kelompok-kelompok oposisi bersenjata yang kini menguasai hampir 30 persen wilayah Burkina Faso dan bahkan membentuk pemerintahan tandingan.

Kehadiran AKINCI UCAV memberikan dimensi baru dalam keseimbangan kekuatan militer di Burkina Faso. Dengan daya jangkau yang luas, kemampuan terbang di ketinggian menengah hingga tinggi, serta kapasitas angkut persenjataan berat, drone ini mampu menekan pergerakan kelompok oposisi di area terpencil yang sulit dijangkau pasukan darat.

Konflik internal di Burkina Faso memang telah memasuki babak kritis. Selain menghadapi kelompok oposisi bersenjata, negara ini juga terus diguncang aksi kekerasan kelompok ekstremis yang memanfaatkan kekosongan keamanan di wilayah utara dan timur. Dalam situasi demikian, kemampuan serangan udara presisi seperti yang ditawarkan AKINCI menjadi alat vital dalam menjaga kedaulatan nasional.

Traoré sendiri sempat meninjau langsung armada UCAV ini dalam sebuah kunjungan ke fasilitas militer. Pemeriksaan itu sekaligus menjadi pesan politik bahwa pemerintah interim tengah memperkuat posisinya di medan perang dan tidak akan membiarkan wilayah negara terpecah oleh pemerintahan paralel yang dibentuk kelompok oposisi.

Selain Burkina Faso, AKINCI UCAV memang makin diminati oleh sejumlah negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Negara seperti Ethiopia, Pakistan, Azerbaijan, dan Arab Saudi tercatat telah menjadi pengguna drone tempur generasi terbaru ini. Fenomena ini menunjukkan semakin besarnya pengaruh Turki di pasar industri pertahanan global, khususnya di kawasan yang selama ini didominasi pemasok senjata Barat.

Keputusan Burkina Faso memilih alutsista buatan Turki juga tak lepas dari ketegangan diplomatik dengan Prancis, yang sejak lama memiliki pengaruh di negara-negara bekas jajahannya di Afrika Barat. Traoré dikenal sebagai figur yang vokal menentang kebijakan-kebijakan Prancis, dan pengadaan AKINCI dianggap sebagai simbol lepasnya ketergantungan dari sistem pertahanan Barat.

Keberadaan drone-drone ini diprediksi bakal mengubah peta pertempuran di Burkina Faso dalam waktu dekat. Dengan kemampuan intai dan serang presisi, AKINCI dapat memburu markas maupun konvoi oposisi di wilayah gurun dan hutan, sekaligus mengamankan jalur-jalur vital yang sebelumnya kerap jatuh ke tangan pemberontak.

Bahkan lebih dari itu, penguasaan teknologi ini memungkinkan Burkina Faso menggelar operasi militer tanpa terlalu mengorbankan personel di lapangan, sesuatu yang sangat dibutuhkan di tengah keterbatasan angkatan bersenjata nasional. Sistem drone ini juga dapat diintegrasikan dengan pesawat Bayraktar TB2 untuk operasi skala besar di beberapa zona konflik sekaligus.

Pihak pemerintah juga dikabarkan tengah menjajaki kerjasama lebih lanjut dengan Baykar untuk mendirikan pusat pelatihan dan perawatan drone di Burkina Faso. Jika terealisasi, fasilitas ini akan mempercepat proses modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) nasional tanpa harus tergantung penuh pada teknisi asing.

Langkah Burkina Faso dinilai oleh banyak analis sebagai contoh nyata bahwa negara berkembang pun bisa memanfaatkan teknologi drone mutakhir untuk membalikkan situasi konflik di dalam negeri. Selain murah dan efisien, drone-drone tempur modern menawarkan keunggulan mobilitas serta fleksibilitas dalam situasi peperangan asimetris.

Situasi di Burkina Faso menjadi perhatian karena jika pemerintahan Traoré berhasil menstabilkan keamanan dengan kekuatan drone, bukan tidak mungkin pola ini ditiru negara-negara Afrika Barat lain yang tengah menghadapi masalah serupa. Drone menjadi simbol perubahan doktrin perang modern di kawasan tersebut.

Perubahan ini sekaligus menggeser pengaruh Prancis dan sekutunya yang selama ini mendominasi industri pertahanan Afrika. Turki tampil sebagai pemain baru yang menawarkan opsi senjata modern dengan biaya lebih bersahabat serta tanpa syarat politik berat.

Dengan keberhasilan uji coba AKINCI di Burkina Faso, babak baru dalam konflik internal negara itu resmi dimulai. Kelompok oposisi dipastikan akan menghadapi tantangan berat menghadapi kekuatan udara tanpa awak yang bisa menyerang tanpa peringatan.

Kini, semua mata tertuju pada bagaimana pemerintah interim Burkina Faso memanfaatkan keunggulan teknologinya untuk menstabilkan negara dan memulihkan kontrol atas seluruh wilayah. Pertanyaannya: akankah drone ini cukup untuk membungkam kekuatan oposisi dan menyatukan kembali Burkina Faso? Waktu yang akan menjawab.

Tidak ada komentar