Breaking News

Soal Berita Bursa Cawapres, Tokoh Nasional @mohmahfudmd Bedakan antara Kata Tak Ingin dengan Tak Mau

Tokoh Nasional Mahfud MD digadang-gadang masuk dalam bursa calon wakil presiden yang potensi dibidik pada pemilihan presiden 2019.

Dalam sebuah wawancara dengan media nasional, dia membetulkan sebuah kutipan dan menjelaskan artinya. Khususnya dalam pengertia 'tidak ingin' dengan 'tidak mau'.

Seperti dilaporkan beberapa tokoh nasional dibidik untuk menjadi cawapes potensial. Selain tokoh-tokoh mainstrim juga beredar nama alternatif Tuan Guru Bajang dan Ust. Abdul Somad. (baca)

Berikut cuitannya di akun Twitter:


Berikut kutipan beritanya:

Mahfud MD Tak Mau Jadi Wapres

Mantan Ketua MK Mahfud MD menyatakan tidak akan menanggapi berbagai isu tentang pencalonan dirinya sebagai wakil presiden (wapres). Ia juga tak akan menindaklanjuti wacana politik tersebut.
“Saya sudah baca berita yang menyandingkan saya sebagai wakil presiden, seperti mendampingi Jusuf Kalla. Saya tegaskan saya tidak ingin menjadi cawapres,” katanya saat dicegat wartawan di komplek kantor Gubernur, Daerah Istimewa  (DI) Yogyakarta, Senin (5/03).

Menurut Mahfud, ia tidak ingin terlibat dalam kontestasi pilpres 2019 dan keengganan tersebut tanpa ada alasan khusus.

Saat ini, kata dia, kondisinya berbeda dengan pilpres 2014. Saat itu, menurut Mahfud,   segala isu menyangkut pilpres akan dikapitalisasi guna meningkatkan suara.

Selain itu, pada 2014 dirinya juga sangat siap menantang semua lawan dalam pilpres. "Sekarang ini saya ingin tidur nyenyak,” selorohnya.

Mahfud juga memperkirakan isu pencalonan dirinya akan terus digulirkan oleh banyak pihak termasuk lembaga-lembaga survei dengan tujuan mengangkat nama mereka.

Menurut dia, isu ini akan selesai setelah ia bertemu dan berbicara dengan tokoh yang dipasangkan dengan dirinya untuk memberi klarifikasi.

“Saya tidak akan pernah aktif ke arah sana. Biarlah saya menjadi pekerja profesional yang ingin membawa negeri ini menjadi lebih baik,” katanya.

Untuk itu, demi menciptakan situasi negeri yang lebih baik, Mahfud mendukung Polri menangkap grup penebar kabar dusta Muslim Cyber Army (MCA).

Mahfud menilai anggota MCA sebagai pengadu domba dan pemecah belah bangsa dengan mengatasnamakan agama.

Dalam demokrasi, Mahfud menilai setiap orang berhak memberikan kritik kepada pemerintah. Namun ia mengingatkan agar jangan membawa agama dalam masalah politik.

“Saya percaya polisi mampu bekerja baik dengan menangkap orang-orang yang memang dicurigai menyebarkan berita bohong. Jika mereka dibiarkan, demokrasi kita bisa rusak,” katanya. (lihat sumber)

Tidak ada komentar